Kamis, 23 Juni 2011

Mengenal Kesenian Kuntul dan Kethekan dari Desa Sawangan Kec. Paninggaran Kab. Pekalongan

Sekilas Pengertian

para Dalang saat Permainan Kuntul di SDN Sawangan
Kesenian kuntulan ini sering disebut terbang kuntul. Pada dasarnya sama dengan kesenian Bordah yaitu dengan instrument pokoknya adalah rebana namun kuntulan ini rebananya lebih banyak dan dilengkapi dengan kendang, kethuk, jedor/bedhuk. Kuntulan dilakukan oleh 10 orang atau lebih. Lagu-lagunya dimainkan oleh "Rodatnya atau dalang" dan juga para rodat ini ikut manabuh terbang dan Jedor bersama secara serempak dengan mengenakan pakaian hitam putih,

untuk itulah maka kesenian ini dinamakan kuntulan karena penarinya kelihatan serba putih seperti burung kuntul (Bangau putih).  Dalam perkembangannya kesenian ini dikreasikan menjadi kesenian kuntulan.
 
Jurus dalam permainan hadrah kuntul
PAC. IPNU IPPNU Kec. Paninggaran Kab. Pekalongan
Sebagai warisan Wali Songo dalam berdakwah

Seni tari punya peran tersendiri dalam menyebarkan agama Islam di masa lalu. Bahkan di zaman Wali Songo, menjadi salah satu media dakwah hingga mudah di terima masyarakat. Salah satunya adalah seni tari kuntulan yang hingga kini masih bertahan di Desa Sawangan Paninggaran Kab. Pekalongan Jawa Tengah.

Peragaan salah satu jurus
dalam Kuntulan dan Kathekan
Seni tari kuntulan memang unik. Mulut mereka terus melantunkan syair-syair Islami. Kesannya memang lucu dan sedikit mengerikan. Tapi inilah ciri khas seni jaman kuno di pegunungan. Tujuannya untuk menarik warga berkumpul. Lalu di tengah musik dan tarian, dilantunkanlah syair ajakan untuk menjalankan syariat islam dan berbuat baik kepada semua umat manusia. Cara inilah yang dulu dipakai para wali dalam menyebarkan agama islam.

Tari kuntulan juga pernah berkembang pada masa Pangeran Diponegoro untuk mengelabuhi Pemerintah Kolonial Belanda agar Laskar Laskar Pangeran Diponegoro di dalam menyusun kekuatan tidak tercium oleh Belanda. Maka gerakan gerakan bela diri di perhalus dan di iringi rebana maupun syair syair keagamaan.

“Kuntulan” di ambil dari nama burung sejenis angsa, sehingga tak heran jika para penarinya selalu mengenakan pakaian serba putih sesuai warna angsa. “Sebenarnya masih banyak hal-hal positif yang bisa di ambil dari falsafah burung angsa. Tapi kita kurang menggalinya”, ujar Sony Karsono, salah seorang penari Kuntulan.

Seni kuntulan masih tumbuh subur di desa pegunungan dan sekitarnya. Seni ini muncul sejak ratusan tahun yang lalu. Menurut kisah turun temurun masyarakat setempat, seni kuntulan saat itu dibawa oleh sunan kalijaga dan dikembangkan oleh pengikut beliau. Lambat laun seni ini berkembang dan dapat diterima msyarakat karena efektifitasnya sebagai media dakwah dan media tutur untuk menyampaikan pesan-pesan moral dan sosial lainnya.


Pelestarian Seni Kuntul


Siswa SDN Sawangan menirukan gerakan kuntul
Di desa Sawangan kesenian ini telah ada sejak zaman dahulu, dengan modivikasi sholawat dan jurus bangau putih yang dajarkan oleh ulama terdahulu guna membekali para masyarakat untuk melawan penjajahan. hingga sekarang kesenian ini masih dielajari dan di lestarikan oleh generasi muda bahkan anak-anak SD.
Kuntul dan Kethekan ini di beri nama "Kuntul Ronggo Warsito" dari Desa Sawangan Kec. Paninggaran yang telah lama diakui oleh Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kab. Pekalongan.


Andil Kepala Desa dalam mengembangkan kesenian ini tak lepas dari minat para pemuda termasuk PR. IPNU Desa Sawangan pun menguasainya, beberapa kali Kuntul ini diundang di acara Kabupaten Pekalongan bahkan setiap tahun dalam pagelaran seni budaya daerah, pernah juga PAC. IPNU Paninggaran menampilkan kesenian ini dalam acara gelar seni budaya di Gedung NU Kedungwuni Pekalongan sebagai penyambutan Muktamar Nu di Makassar, hal ini sentak membuat takut para penonton yang tertuju heran pada penapilan PAC. Paninggaran yang memang terkesan aneh. Namun hal itu sangat mengasikkan karena kalau penonton tidak histeris dan tegang kesenian ini kurang menemukan ciri khasnya.

Penampilan Kuntul oleh PAC. Paninggaran di gedung NU Kab. Pekalongan
Dengan bertujuan menghidupkan kesenian warisan leluhur maka tak jarang kuntul dan kethekan ini di undang dalam berbagai kegiatan, salah satunya adalah ketika kegiatan tengah semester SD Negeri Sawangan yang lebih memilih menampilkan Kuntul guna mengenalkan dan menciptakan minat para siswanya kepada seni budaya daerah, hal ini sangan membantu sekali dalam pelestarian kesenian yang sudah turun temurun ini.



 " PACC. IPNU IPPNU Kec. Paninggaran Kab. Pekalongan cinta seni budaya daerah serta melaksanakan pelestariannya untukmu Indonesiaku "

By. Nash Plunplun

Tidak ada komentar:

Posting Komentar